PENDIDIKAN_Peranan Guru Dalam Penanganan Pendidikan Inklusif Anak Difabel Di SLB Negeri 2 Banjarmasin
Peranan Guru Dalam Penanganan Pendidikan Inklusif Anak Difabel Di SLB Negeri 2 Banjarmasin
Apa itu difabel ? Istilah “difabel” ialah pada awalnya marak digunakan oleh para aktivis isu disabilitas di daerah Yogyakarta dan Jawa. Difabel merupakan gabungan dari dua kata yaitu Differently able, atau dapat juga Different ability. Maksud dari istilah tersebut untuk menunjukkan bahwa difabel itu bukan cacat atau kekurangan, tapi memiliki kemampuan yang berbeda, atau melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda. Jadi konotasinya lebih positif dibandingkan kata cacat atau disabled.
Sedangkan istilah penyandang disabilitas muncul
menjelang ratifikasi Konvensi PBB Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas (UN
Convention on The rights of Person with Disability). Menjadi serapan dari
kata Person with Disability (PWD), dipakailah kata Penyandang
Disabilitas untuk menggantikan kata penyandang cacat yang secara resmi ada di
UU no 19 tahun 2011.
Pendidikan Inklusif idealnya melibatkan ahli-ahli profesional untuk
perencanaan Program pembelajaran individualnya. Ahli yang dilibatkan antara
lain: Psikolog, Konselor, Ahli Kesehatan/Dokter, terapis, dan pekerja sosial,
serta pendidik luar biasa, guru kelas, orang tua, dan kepala sekolah
Guru kelas memegang peranan penting dalam pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Sikap guru kelas tidak hanya dilihat
dari sikap terhadap anak berkebutuhan khusus namun juga berkaitan degan anak
normal sebagaimana pendapat D’Alonzo, Giordano & Cross berikut “Teacher
attitudes not only set the tone for the relationship between teachers and
students with disabilities, but they also influence the attitudes of non-disabled
students” (D’Alonzo, Giordano & Cross, 1996: 307).
Pada kali ini penulis tertarik datang
kesekolahan SLB Negeri 2 Banjarmasin, untuk mengetahui peranan guru, strategi
dalam mendidik seorang anak difabel itu bagaimana sih? Berdasarkan observasi awal saya dan teman-teman lainnya
yang juga melakukakan observasi demi menyelasaikan tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu kami dalam matakuliah Pembelajaran PAI untuk ABK yang dosen
pengampunya Ibu Uswatun Nisa, S. Pd, MA.
Awalnya kami merasa wah .. saat berkunujung
ke kesekolahan SLB Negeri 2 Banjarmasin tersebut karena pertama juga kan
Pada hari Kamis, 05 Desember 2019
saya yang bernama Hudrin dari Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri
Antasari Banjarmasin,
mencoba melakukan observasi guna tuk bertujuan membuat sebuah “Narasi
Tulisan Epik Tentang Isu Dunia Difabel/Disabilitas” dengan mendatangi bersama kawan-kawan ke salah satu sekolah
SLB yang ada di Banjarmasin, yakni Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Banjarmasin. Dari itulah kami memerlukan orang sebagai informan atau pun responden
dan tibanya kami ditempat itu.
Ketika itu rame sontak saat datang kesekolah tersebut , dan teman-teman
saya pada dapat semua judul dan target responden yang akan diangkat dan saya
pun bingung kala itu mau mengangkat tema tentang apa respondenya belum dapat gumam
saya, tapi saat itu ketemulah saya pada bapa arif beliau juga salah satu
pengajar di Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Banjarmasin. Dan beliaulah akhirnya bersedia dan menawarkan diri
menjadi informan/responden dan akhirnya dapatlah tema sesuai judul di atas.
Pada kali ini saya pun memulai wawancara dengan bapa arif kala itu
selaku sebagai pengajar di sekolah tersebut. Nama beliu ialah Arief Rahman
Heriansyah, S.Pd.i, MA. Beliau juga seorang dosen di Universitas Islam Negeri
Antasari Banjarmasin, seorang guru di SLB Negeri 2 Banjarmasin, dan tutor
Pribadi. Beliau mengecap pendidikan beliau sampai pada program Magister Studi
Disabilitas dan Pendidikan (M.A.)
Jadi, saya dan bapa arif berada diruangan dan kami memulai pembicaraan
kami sekaligus saya bertanya-tanya mengenai pertanyaan yang saya ajukan dibawah
ini :
TAHAP WAWANCARA :
1.
Apa saja tantangan yang dihadapi bapak sebagai seorang guru ABK dalam
proses pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus ?
Beliau menjawab.. “tantangan.., tantangannya itu sangat jelas banyak
pang, bagaimana cara kita mengajar belum tentu anak abk tersebut memahami apa
yang kita ajarkan berbeda dengan anak non abk, mereka anak abk belum bisa
memahami pelajaran kita langsung belum bisa memaknai teori kita langsung, tentu
yaa tantangan yang berat itu kita harus
lihat kondisinya dulu kalau kita masuk ke kelas langsung kalaunya anaknya ngga
stabil yaa jelas termasuk tantangan juga atau ada anak yang tantrum, ribut
berkelahi di luar yaa itu masuk tantangan lebih kepada masuk stabilitas masuk
tantangan.”
2.
Strategi apa yang digunakan bapak dalam proses pembelajaran berlangsung
?
Beliau menjawab.. “strateginya ? kita lihat bagaimana cara keadaan
suasana, kalau keadaannya belum stabil missal ada yang masih makan selesaikan
dulu makannya yang masih bepandiran (berkata-kata) selesaikan dulu. Adapun
strategi yang digunakan ialah strategi persuasif kepada seluruh siswa, misalkan
siswanya ada 6 tunagrahita siswa a sampai siswa f, nah inikan kebutuhannya
berbeda-beda setiap individual maka dari itu pendekatannya kita kesetiap
individu apabila mereka sudah merasa nyaman dengan kita sudah merasa aman tidak
merasa takut lagi maka kita mengajar mereka akan jauh lebih efektif
dibandingkan mereka tidak merasa nyaman dengan mereka merasa tidak aman dengan
kita.”
3.
Dalam pembelajaran berlangsung, metode apa yang sering bapak gunakan ?
Beliau menjawab.. “metode yang saya gunakan disini yaa jelas metode
ceramah yang biasa umum juga tetap saya digunakan, cuman yang paling biasa itu
ialah metode pembiasaan kenapa dengan metode ini yaa karena dengan metode
pembiasaan ini mereka akan beradaptasi langsung dengan pengalaman. Misalkan,
dari kelas 1 sampai kelas 12 saya ajarkan tata cara berwudhu yang benar, sholat
yang benar saya remedial mereka supaya terbiasa dengan cara seperti itu agar
hafal bagaimana cara berwudhu yang benar, sholat yang baik tidak begaya lagi
dengan teman-teman lainnya. Juga dengan metode keteladanan juga saya pakai
seperti kita dulu yang mencontohkan lawan murid tersebut bagaimana prilaku
terpuji , adab yang benar dan baik baru mereka mencontoh. Sedangkan metode
hukuman (punishman) itu jarang sekali saya pakai hampir tidak pernah dipakai
walaupun pernah juga itu saya tidak ingat juga makainya, kadang kita harus tau
kapan kita lembut kapan kita tegas.”
4.
Media apa yang sering bapak gunakan dalam proses pembelajaran ?
Beliau menjawab.. “media.. kalau disinikan kurangnya itu yaa LCD ya
kurang, kalau di sd itu ada yang namanya permainan seperti : balok, huruf-huruf
atau ada pohon menggantung, puzzle itu berhubungan dengan pelajaran yang ada
dikelas misalkan matematika.. huruf hijaiyyah itu semua media pembelajaran yang
membantu saya dalam melakukan pembelajaran walaupun LCD masih ngga ada. Lain
halnya papan tulis itu selalu ada yang memudahkan saya menulis terutama untuk
anak tuna rungu kan mereka sulit untuk memahami secara visual.”
5.
Bagaimana bapa itu sebagai guru dari mereka, dapat memahami bahwa pelajaran
yang bapak ajarkan itu dapat dipahami oleh mereka ?
Beliau menjawab.. “ saya itu menanya dulu, pahamlah ? kalau
seandainya mereka mengangguk atau bingung ohh berarti mereka belum paham, saya
itu mengetahui kepahaman mereka itu apabila mereka mampu mempraktikan apa yang
saya ajarkan kemaren. Missal kemaren ada pembelajran tayamum ternyata mereka
bisa dan paham bagaimana mereka mengikuti saya. Tapi kan yang namanya anak abk
itu hari ini paham yaa esok tidak begitu seterusnya yaa diulang-ulangi lagi
remedial lagi dan pembiasaan pembelajarannya.”
6.
Bagaimana proses evaluasi pembelajaran terhadap anak murid bapak ?
Beliau menjawab.. “proses evaluasinya ini yaa kurang lebih ada yang
namanya UTS, dan ujian akhir semester
ada juga yang namanya bina diri yaitukan bagaimana si siswa itu cara memakai
sepatunya yang benar secara langsung, memakai baju yang langsung. Evaluasinya
pun kurang lebih sama aja seperti sekolah umum lainnya Cuma bedanya yaa waktu
memakan lebih lama.”
Begitulah hasil wawancara saya dengan seorang responden yang sangat luar
biasa ini mudah-mudahan bisa seperti beliau juga.
Segala puji bagi Allah Alhamdulillah yang mana memberikan rahmat taufik
dan inayah-Nya dan sholawat serta salam ribuan
kita haturkan bersama ke junjungan Nabi kita Nabi Muhammad SAW. Kita
panjatkan syukur juga karena tanpa adanya dukungan kepada kita maka tulisan ini
tidaklah sampai pada tahap ini.
Saya ucapkan
terima kasih banyak sebesar-besarnya kepada setiap Pemerintah Daerah di daerahnya yang telah menyediakan fasilitas
pendidikan berupa bangunan sekolah yang berdiri kokoh dengan tenaga
pendidik yang tangguh, yang ahli dalam mengahadapi, membimbing, serta
mengarahkan para siswa/i penyandang disabilitas dengan maksud mereka anak-anak
istimewa ini juga berhak mendapatkan pendidikan selayaknya pendidikan yang
didapatkan siswa/i pada umumnya. Terimakasih juga kepada bapak arif yang bersedia meluangkan waktunya
untuk jadi responden sekaligus berbagi ilmu beliau mengenai anak difabel ini
sangat bermanfaat bagi kita semua.
Syukron jazilan… for reading
Komentar
Posting Komentar